Minggu, 19 Maret 2017

Fallacies (Kekeliruan Berfikir)


Sooo.. Once upon a time, salah seorang kaka kelas meminta bantuan untuk menerjemahkan dan menelaah (eaaa...) isi cerita sebuah cerpen bermuatan psikologi (i guess 😆). Karena udah agak lama, jadi ga bisa nyeritain tentang si tokoh-tokohnya (sorry~~). Tapi...
Inti dari keseluruhan ceritanya adalah kesalahan-kesalahan dalam berpikir. Ada delapan kesalahan berpikir yang bisa ditemukan dalam teks cerita pendek tersebut, yaitu:

  1. Dicto Simpliciter adalah argumen yang didasari pengumpamaan tak seimbang/ tak memenuhi syarat. Contohnya : olahraga itu baik, oleh karena itu semua orang harus berolahraga. Tapi itu adalah buah pemikiran yang salah, olahraga itu baik adalah sebuah pengumpamaan yang tak seimbang. Bagi orang-orang yang memiliki sakit jantung, olahraga adalah hal yang buruk. Jadi seharusnya berkata olahraga itu biasanya baik atau olahraga itu baik untuk kebanyakan orang.
  2. Hasty Generalization adalah pengambilan kesimpulan yang terburu-buru. Contoh : kamu tidak bisa berbahasa Perancis, Petey Bellows juga tidak bisa berbahasa Perancis, oleh karena itu saya berkesimpulan bahwa tidak ada orang yang bisa berbahasa Perancis di Universitas Minnesota ini. Perkataan tersebut adalah buah pemikiran yang salah, generalisasinya terlalu cepat. Terlalu sedikit orang yang bisa mendukung kesimpulan seperti itu.
  3. Post Hoc adalah anggapan atau kepercayaan yang keliru. Contoh : kita tidak usah mengajak Bill untuk pergi piknik, karena setiap kali kita mengajaknya pasti akan hujan. Pemikiran ini salah karena Bill bukan penyebab terjadinya hujan tersebut, dia tidak ada hubungannya dengan hujan.
  4.  Contradictory Premises adalah premis-premis argumen yang bertentangan satu sama lain. Contoh : Jika Tuhan dapat melakukan apapun, bisakah Dia membuat batu yang sebegitu berat yang Dia tak bisa mengangkatnya ?. Premis-premis yang terdapat dalam pernyataan tersebut bertentangan salu sama lain, oleh karena itu pernyataan tersebut adalah kesalahan berpikir.
  5. Ad Misericordiam adalah argumen yang berasal dari belas kasihan.  Contohnya : seorang pria melamar pekerjaan, saat bosnya bertanya apa saja kualifikasinya/kecakapannya, pria tersebut menjawab bahwa ia memiliki seorang istri dan empat anak dirumah, istrinya pincang dan anak-anak tidak memiliki apa-apa untuk dimakan, tidak ada pakaian, sepatu, tempat tidur, ataupun batu bara di gudang padahal sebentar lagi musim dingin akan datang. Tapi itu bukanlah argumen, si pria tidak menjawab pertanyaan bosnya tentang kecakapannya, malah dia ingin menarik simpati bos dengan cerita kesengsaraannya.
  6. False Analogy adalah analogi yang salah. Contohnya : murid-murid seharusnya diperbolehkan untuk melihat buku catatan pada saat ujian. Lagipula, dokter bedah memiliki X-rays yang menuntunnya dalam sebuah operasi, pengacara memiliki dokumen pengadilan yang membantunya dalam persidangan, tukang kayu memiliki blueprint (perencanaan) yang akan membantunya saat membangun rumah. Pernyataan tersebut salah karena dokter, pengacara, tukang kayu tersebut bukan sedang mengikuti tes yang akan mengukur seberapa banyak yang sudah ia pelajari, berbeda dengan si murid. Karena situasi yang berbeda itulah tidak bisa dibuat analogi diantaranya.
  7. Hypothesis Contrary to Fact adalah penawaran argumen yang kurang didukung tentang apa yang mungkin terjadi di masa lalu atau masa depan jika keadaan berbeda dari yang sebenarnya. Kekeliruan ini juga melibatkan situasi hipotesis seolah-olah mereka fakta. Contohnya : jika Madame Curie tidak meninggalkan piringan fotografi dilaci dengan sebongkah biji uranium, dunia saat ini tidak akan tahu tentang radium. Argumen tersebut adalah keliru, mungkin saja Madame Curie akan menemukan radium tersebut pada lain kesempatan atau bahkan orang lain yang akan menemukannya. Mungkin saja ada berbagai hal yang terjadi di dunia ini. Kita tidak dapat memulai dengan sebuah hipotesis yang tidak benar dan mengemukakan kesimpulan yang dapat didukung dari hipotesis tersebut.
  8. Poisoning the Well adalah kekeliruan berpikir di mana menyampaikan informasi yang merugikan target terlebih dahulu disajikan kepada penonton, dengan maksud menyudutkan atau mengejek segala sesuatu yang target akan katakan setelahnya. Contohnya : ada dua pria yang sedang berdebat, pria pertama mengatakan “dia adalah pembohong yang berbahaya, jangan percaya semua hal yang ia akan katakan”. Bukankah hal tersebut tidak adil bagi pria kedua yang akan memberikan argumennya? Pria pertama sudah menjatuhkan racun dan menyudutkan pria kedua sehingga ia tidak memiliki kesempatan bahkan sebelum ia berbicara.

kalo aja gue lebih inget tentang jalan cerita sama tokoh-tokohnya pasti postingan ini akan lebih bermakna (T-T), Ah sudahlaah....